Sepenggal bait Untuk MA
Apa yang harus kukatakan
Pada seseorang yang menungguku pulang
Dengan wajah penuh harap,
Padahal aku sendiri sudah tak yakin
Arahku masih ke depan?
Pernah aku menang—
Itu yang mereka ingat.
Pernah berdiri paling depan,
Tersenyum sambil menggenggam medali,
Disambut seperti pahlawan.
Tapi sekarang?
Aku bahkan takut menyentuh soal-soal itu.
Takut membuka buku,
Karena suara di kepalaku selalu berkata:
"Bagaimana kalau kau tak bisa seperti dulu?"
"Bagaimana kalau yang dulu cuma kebetulan?"
"Bagaimana kalau sekarang mereka sadar...
Kau sebenarnya tak sepintar yang mereka kira?"
Kadang aku ingin menyerah diam-diam.
Tidak perlu kabari siapa-siapa,
Biar hilang begitu saja,
Dari ekspektasi mereka, dari nama yang dulu diagung-agungkan.
MA Unggulan Nuris—
Mereka percaya padaku.
Terlalu percaya, mungkin.
Dan kepercayaan itu menekan
Lebih keras dari apapun.
Aku tahu harusnya aku bersyukur.
Tapi benakku malah penuh asumsi buruk:
"Apa jadinya kalau aku gagal?"
"Apa yang akan dikatakan guru-guru?"
"Apa mereka kecewa diam-diam tapi tersenyum di depan?"
Aku terlalu banyak mikir, aku tahu.
Tapi aku nggak bisa berhenti.
Tiap malam aku ulang skenario yang sama—
Kalah. Gagal. Malu.
Oleh : Nafisatul A
Berita Lainnya
-
Juara 1 Pidato Bahasa Arab Tingkat Nasional di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prestasi Membanggakan MA Unggulan Nuris
-
Sajak Kehidupan
-
Juara 2 Pidato Bahasa Arab di Universitas Negeri Jakarta, Prestasi Mengagumkan MA Unggulan Nuris Jember
-
Belajar dari Sejarah, Untuk Sukses di Masa Depan
-
Keutamaan Ketakwaan