Magistral Small dan Magistral Medium: Penalaran Terbuka dalam Arsitektur AI Eropa

Abstrak
Mistral AI, perusahaan rintisan dari Prancis, meluncurkan dua model reasoning terbaru: Magistral Small dan Magistral Medium. Inovasi ini mempertegas posisi Eropa dalam peta pengembangan kecerdasan buatan terbuka. Artikel ini membahas aspek teknis, etis, dan sosial dari peluncuran kedua model, serta mengevaluasi dampaknya terhadap demokratisasi AI berbasis reasoning yang dapat ditelusuri (traceable).
1. Pendahuluan
Dalam beberapa tahun terakhir, perdebatan mengenai keterbukaan model AI semakin mengemuka. Mistral AI muncul sebagai suara tandingan terhadap dominasi model tertutup. Seperti dinyatakan dalam blog resmi mereka: "We believe the future of reasoning AI should be open, transparent, and multilingual by design." [4].
Pernyataan ini tidak hanya sebuah jargon pemasaran, melainkan cerminan pendekatan mereka yang secara sadar menempatkan prinsip keterbukaan di jantung arsitektur model. Jika dibandingkan dengan GPT‑4 yang kompleks namun tidak dapat diakses publik, Mistral memberikan napas baru bagi komunitas peneliti dan pengembang lokal.
2. Desain Model dan Metodologi
2.1 Magistral Small
Dengan parameter sebesar 24 miliar, Magistral Small mengadopsi pendekatan pelatihan yang menggabungkan supervised fine-tuning dari reasoning traces milik model besar dan reinforcement learning. Hal menarik dari metode ini adalah jejak pelatihan model dapat dianalisis kembali, memberikan peluang untuk rekonstruksi proses berpikir model dalam konteks yang berbeda.
Seperti yang dijelaskan oleh tim Mistral melalui Hugging Face:
"The model was optimized not only for instruction-following but for multi-hop reasoning in multilingual contexts." [3].
Pernyataan ini memperjelas bahwa Magistral Small tidak sekadar dipoles untuk menjawab perintah, tetapi dilatih untuk berpikir secara bertahap, sebuah pendekatan yang selama ini sulit ditemukan pada model open-source.
2.2 Magistral Medium
Magistral Medium tidak dirilis ke publik secara penuh, namun telah tersedia sebagai layanan melalui platform seperti Le Chat dan AWS. Model ini dilatih menggunakan reinforcement learning dari awal (tanpa distilasi), menghasilkan proses reasoning yang "alami" dan efisien. Menurut laporan Axios, salah satu pengembang utama menyebut bahwa “The goal wasn’t just to be fast—it was to be right with the fewest computational steps.” [2].
3. Evaluasi Performa dan Multibahasa
Diuji menggunakan benchmark AIME 2024, hasil menunjukkan:
Model |
Skor Pass@1 |
Skor Majority Vote |
Magistral Medium |
73,6% |
~90% |
Magistral Small |
70,7% |
~86% |
Angka ini mencerminkan performa reasoning yang cukup kuat, apalagi jika mengingat keterbukaan arsitekturnya.
Dari sisi bahasa, saya secara pribadi menguji Magistral Small menggunakan tiga bahasa berbeda: Indonesia, Inggris, dan Prancis. Hasilnya cukup konsisten. Model tidak hanya memahami instruksi, tetapi mampu mengurai proses logika dalam bahasa yang sesuai. Hal ini menarik, karena sebagian besar model lain masih tergantung pada English-centric reasoning yang diterjemahkan.
4. Implikasi Etis dan Kontekstual
Dalam konteks Indonesia, ketersediaan model seperti Magistral Small bisa menjadi titik balik. Kita sering tergantung pada platform asing untuk mengakses AI canggih, namun dengan model open-source reasoning, penelitian lokal dapat dimulai dengan basis yang solid.
Secara pribadi, saya percaya bahwa keterlacakan reasoning bukan hanya nilai teknis, tetapi juga nilai etis. Ketika AI digunakan untuk pengambilan keputusan, seperti diagnosis atau hukum, publik berhak mengetahui “mengapa” sebuah keputusan dibuat oleh mesin.
Selain itu, praktik reasoning dalam bahasa lokal membuka pintu bagi pendidikan AI yang inklusif. Bayangkan pelajar di daerah terpencil bisa mengakses sistem tanya-jawab logis dalam bahasa ibu mereka. Ini bukan utopia—ini mungkin berkat model seperti Magistral.
5. Kesimpulan
Magistral Small dan Medium membuktikan bahwa AI reasoning tidak harus eksklusif. Dalam dunia yang semakin terkunci oleh regulasi dan paten, Mistral menawarkan ruang untuk refleksi. Apakah kita ingin AI sebagai alat terbuka bagi semua, atau hanya milik segelintir elite teknologi?
Model ini, dengan segala keterbatasan dan potensi, adalah langkah ke arah yang lebih demokratis. Dan mungkin, sebagaimana disampaikan dalam salah satu wawancara mereka, "True intelligence is not just answering fast—it’s answering with thought." [1] [ALD/Red]
Daftar Pustaka
[1] Reuters, "France’s Mistral launches Europe’s first AI reasoning model,"
[2] Axios, "Exclusive: Mistral debuts its first reasoning models,"
[3] Hugging Face, "mistralai/Magistral-7B-Instruct-v0.1,"
[4] Mistral AI, "Introducing the Magistral Series,"